Bukan Sekadar Kunjungan, Monitoring Sebagai Ajang Bertukar Informasi dan Gagasan
Wonorejo Timur, Rabu 1 Oktober 2025 — Tim monitoring program Aksi Stop Stunting (ASS) tingkat pusat melakukan kunjungan kerja ke Rumah Gizi Desa Wonorejo Timur. Dalam kunjungan tersebut, tim melakukan pengamatan langsung terhadap pelaksanaan teknis program ASS, termasuk proses penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi anak, pengisian formulir pemantauan, pencatatan dalam buku tumbuh kembang, serta menyaksikan bagaimana pemberian makanan tambahan dikonsumsi dan dinikmati oleh balita sasaran program. Tim juga melakukan wawancara dengan orang tua anak, bidan desa, dan tenaga pendamping program untuk mendapatkan gambaran menyeluruh tentang pelaksanaan di lapangan.
Kegiatan ini turut didampingi oleh pengurus PKK dari tingkat desa, kecamatan, dan kabupaten, serta perwakilan dari Puskesmas, Bidan Desa, dan Pemerintah Desa Wonorejo Timur. Sekretaris Desa Wonorejo Timur yang akrab disapa Mas Carik, memanfaatkan momen langka ini untuk berdiskusi langsung dengan tim pusat. Ia mengungkapkan rasa penasaran terhadap konsep program ASS yang dinilainya unik dan inovatif. Dari hasil diskusi, terungkap bahwa ASS merupakan program unggulan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan yang hanya diterapkan di wilayah Kabupaten/Kota di Sulawesi Selatan. Program ini telah berjalan sebanyak tiga kali dalam lima tahun terakhir dan terus berkembang dalam cakupannya.
Keberhasilan program ASS dinilai berasal dari kolaborasi lintas sektor, perencanaan anggaran berbasis data, serta metode pelaksanaan yang merupakan hasil evaluasi dari periode sebelumnya. Tenaga pendamping program diwajibkan berasal dari lulusan sekolah gizi, sementara perumus konsepnya terdiri dari para dokter spesialis, ahli gizi, ahli kesehatan, dan pakar birokrasi. Berdasarkan data yang dihimpun, program ini terbukti mampu menurunkan angka stunting hingga 80 persen.
Selain itu, Mas Carik juga memperoleh wawasan baru mengenai pentingnya nilai gizi dalam makanan. Ia mencatat bahwa makanan bergizi tidak selalu harus mahal atau lezat, namun dapat dikombinasikan secara kreatif agar tetap nikmat dan bernutrisi tinggi. Kunci keberhasilannya terletak pada keahlian juru masak dan peran konsultan gizi dalam menyusun menu yang sesuai. Oleh karena itu, ia berharap jika Desa Wonorejo Timur menjadi lokus ASS kembali di periode selanjutnya, maka proses pengolahan dan penyajian makanan tambahan dilakukan di rumah gizi saja. "Karena ilmu gizi ini mahal, bagaimana kalau proses memasaknya dilakukan di desa saja Pak? Sebab kalau dilakukan di Desa, kader dan masyarakat kami bisa sekalian belajar tentang bagaimana cara menakar dan memasak makanan yang tidak hanya enak namun juga sesuai memenuhi standar kebutuhan gizi setiap anggota keluarganya" ungkapnya serius kepada Tim Monev.
Bang eno
20 Maret 2025 22:48:47
Bismillah.. Alhamdulillah, desa Wonorejo Timur mempunyai website pribadi.. Mudah-mudahkn kedepannya...